Topsumutpress.com – Tahukah anda dimana dan kapan Bendera Merah Putih dikibarkan untuk pertama kalinya di Kota Pematangsiantar?
Dalam tulisannya yang terkait dengan peristiwa bersejaran tersebut, Dosen FKIP Universitas Simalungun (USI) Kota Pematangsiantar, Jalatua Hasugian mengisahkannya.
Peristiwa bersejarah itu erat kaitannya dengan kabar berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, yang sangat penting hingga ke daerah karena infrastruktur dan sarana komunikasi yang terbatas.
Keterbatasan infrastruktur dan sarana komunikasi itu dimanfaatkan oleh tentara NICA (Nedherland Indisch Civil Administration) dan Sekutu untuk memprovokasi dan memasukkan berita bahwa kemerdekaan Indonesia tidak benar.
Sementara, pemuda dan laskar-laskar pejuang, berita kemerdekaan sudah mereka dengar. Hanya saja untuk mengambil langkah-langkah strategis untuk melucuti tentara Jepang, para pemuda masih memilih sikap menunggu.
Edisaputra dalam bukunya “Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan: Perlawanan Rakyat Semesta Menentang Jepang, Inggris dan Belanda” terbitan Yayasan Bina Satria 45 Jakarta (1987), mengisahkan bahwa informasi kebebasan di Sumatera Timur, khususnya Pematang Siantar – Simalungun sudah terdengar sejak awal September 1945 oleh sejumlah tokoh-tokoh pergerakan.
Salah seorang tokoh pergerakan yang terkenal di kalangan pejuang Siantar Simalungun, diantaranya Abdullah Yusuf yang pernah mendapat surat dari Dr AK Gani di Palembang agar segera menyampaikan berita untuk segenap rakyat di Simalungun.
Karena panggilan teknis mengumumkan, Yusuf mengajak rekannya sesama pejuang, yaitu: Abdul Azis Siregar, Burhanuddin Kuncoro, Menes Tampubolon dan Ricardo Siahaan untuk berdiskusi.
Apalagi, Yusuf punya pertimbangan jika tentara Jepang yang masih berkuasa saat itu pasti akan berbaur, jika mereka mengumumkan bahwa Indonesia sudah merdeka.
Bukannya dapat solusi, Yusuf malah didesak rekan-rekannya agar segera mengumumkan kemerdekaan kepada rakyat. Karena tak kunjung ada ketegasan dari Abdullah Yusuf yang malah terus berubah banyak, Abdul Azis Siregar dan rekan-rekannya spontan menentang.
Pada tanggal 27 September 1945, mereka menggelar apel pemuda di sekitar Lapangan Pagoda (Sekarang Lapangan Merdeka atau Taman Bunga) dan mengibarkan bendera Merah Putih sembari menyanyikan lagu bersama-sama Indonesia Raya.
Sedangkan Teks Proklamasi tidak dibacakan karena mereka belum membeli salinan naskahnya. Pengibaran bendera Merah Putih pertama kali di Pematangsiantar, merupakan langkah bersih para pemuda Siantar Simalungun.
Hanya terpaut beberapa meter dari lokasi mereka menggelar upacara bendera, tentara Jepang dan tentara Belanda, KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger), mengamatinya dari markasnya di Siantar Hotel.
Hanya saja Tentara Belanda itu cuma diam seribu bahasa melihat aksi heroisme para pemuda Kota Pematangsiantar, meski upacara tidak dihadiri jawatan-jawatan atau dinas-dinas atau perwakilan pemerintahan atau raja-raja lokal.
Guna mengenang peristiwa ini di lokasi pengibaran bendera Merah Putih tersebut, pada tahun 1996 dibangun sebuah prasasti. Prasasti yang diukir pada marmer hitam dilekatkan di atas bangunan konstruksi bata masif, sekarang terletak di Jalan Merdeka, Kelurahan Proklamasi, Siantar Barat, tak jauh dari Balai Kota.
“Bila kita telusuri dari Jalan Merdeka, samping Tugu Becak menuju Perpustakaan Sintong Bingei, prasasti itu ada di sebelah kanan kita. Atau tepatnya di sudut kiri Lapangan Parkir Pariwisata, bersebelahan dengan perpustakaan,” tutur Jalatua saat bertemu.
Pada prasasti ditemukan penyingkapan: “Tanggal 27 September 1945 diabad ini terjadi peristiwa penggerekan/pengibaran bendera merah putih yang pertama di Pematang Siantar/Simalungun oleh Pemuda-pemuda dan kekuatan Rakyat Siantar / Simalungun.
Dibangun oleh: Tim Khusus Perencana / Pelaksana Pembangunan Tetengger di Kodya Tk II P.Siantar. SK Walikota Madya Tk II P. Siantar No.430 / 15-WK / 1996 tanggal 29 Januari 1996
Selain itu, tepat di tengah-tengah Lapangan Merdeka atau yang sekarang lebih dikenal dengan Taman Bunga juga membangun Monumen Perjuangan, dalam rangka mengenang para laskar-laskar pemuda semasa perang kemerdekaan.
Monumen-monumen ini diharapkan dapat memberikan edukasi sejarah, pencerahan sekaligus menumbuhkan nasionalisme di kalangan generasi muda guna memaduahkan masa yang lebih baik.
“Dengan begitu, mereka tidak akan mengeluarkan semangat para pendahulunya bahkan menjadikannya sebagai semangat dan inspirator membangun karakter kebangsaannya,” tandas Jalatua yang pernah menjabat Kabag Humas Pemko Pematangsiantar.
Berdasarkan pantauan di lokasi, Prasasti mengenai peristiwa penggerekan/pengibaran bendera merah putih yang pertama di Pematang Siantar/Simalungun itu tampak tidak terurus dengan baik. (n70/tsp)




