Topsumutpress.com – Jangan mengaku orang Siantar bila tak kenal Maraden Sahala (MS) Marpaung, apalagi bila kendaraannya pernah parkir di titik parkir yang dijaga juru parkir (Jukir) berusia 89 tahun tersebut.
Marpaung yang memiliki 12 orang anak dan 8 orang cucu dari istrinya Boru Tarihoran tersebut, sudah menjadi juru parkir di Jalan Merdeka sejak tahun 70-an sampai dengan sekarang.
Usia sepertinya tidak jadi penghalang bagi Marpaung yang sudah menduda sejak tahun 2015 tersebut. Buktinya, dalam menjalankan tugasnya sebagai jukir, ia tampak semangat dan penuh tanggungjawab.
“Sebenarnya, tahun 2010 lalu, aku sudah dipecat. Tapi ada lagi yang mengajak. Daripada tak kerja, kembalilah lagi kemari,” ujar Marpaung dalam bahasa batak kepada topsumutpress.com yang menemuinya pada Selasa (13/11/2018).
Marpaung yang selalu mengenakan seragam Jukir dalam bertugas itu, selalu mencatatkan uang parkir yang diperolehnya di buku tulis yang dibawanya dari rumah. Bahkan, kendaraan yang tak membayar pun dicatatkannya.
“Yang membayar, maupun yang tak membayar, semuanya kucatatnya disini,” ujar Marpaung yang tinggal di belakang SD 55 Jalan Rakutta Sembiring Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba Kota Pematangsiantar itu.
Pendapatannya menyedihkan…
Saat ditanya mengenai pendapatan atau penghasilannya sehari-hari, mimik wajah Marpaung, yang pernah ditabrak mobil saat menyuruh mundur mobil pada 1997 itu, agak berubah sedikit. Dari awalnya yang tampak santai, jadi agak ketat
“Gak usahlah kau tanya itu,” ujar Marpaung yang mengaku sudah 26 kali mendapat penghargaan selama menjadi jukir. Penghargaan yang diterimanya adalah atas kedisiplinannya dalam menjalankan tugas, dan penghargaan dari hal pemenuhan setoran.
Meski awalnya agak terkesan menolak pertanyaan itu, namun akhirnya Marpaung bersedia menjawabnya.
“Satu hari itu, aku dapat paling banyaknya Rp150 ribu. Rp120 ribu untuk setoran, lalu 5 ribu sama orang yang mengutip setoran. Hitunglah berapa. Itu belum hujan, kalau hujan bisa utang setoran,” beber pria kelahiran Porsea Kabupaten Toba Samosir.
Walau dengan pendapatan yang tergolong sangat menyedihkan, Marpaung tetap mampu mensyukuri hidup, karena untuk urusan belanja rumah tangga, ia sudah dibantu oleh anaknya yang sebagiannya sudah bekerja.
“Dsyukurilah, asallah ada kegiatan, karena di rumah pun ngapai aku,” ujar Marpaung yang sangat berharap agar Pemerintah Kota (Pemko) Pematangsiantar dapat lebih memperhatikan kesejahteraan para jukir ke depannya. (n70/tsp)