Topsumutpress.com – Berdasarkan gambar yang banyak beredar di media sosial, jasad para korban KM Sinar Bangun seakan ‘nyangkut’ atau tetap tenggelam di dasar Danau Toba.
Mengapa bisa demikian? Berikut penjelasan dari seorang Pakar Geologi Universitas Gajah Mada (UGM), Rovicky Dwi Putrohari, yang dikutip dari detikcom pada Sabtu (30/06/2018).
“Biasanya begini, ketika korban itu meninggal itu awalnya sekian jam akan tenggelam. Kalau untuk di danau atau air dangkal kira-kira 10 meter itu bisa ngambang lagi, ini karena dalamnya 400 meter–paling tidak–jasadnya tidak keluar lagi karena tekanannya tinggi,” tutur Rovicky.
Selain itu, Danau Toba merupakan air tawar. Berbeda dengan air laut yang mengandung garam.
“Berat jenis air garam lebih tinggi sehingga bisa (tubuh manusia) bisa mengambang, sementara berat jenis air tawar lebih rendah,” kata Rovicky.
Sebelumnya, Rovicky memaparkan tentang proses terjadinya Danau Toba. Berbeda dengan legenda yang dituturkan turun temurun, Danau Toba bukanlah terbentuk dari ‘kutukan’.
“Danau Toba terbentuk dari letusan Gunung Toba yang pertama kali pada 700.000 tahun lalu. Gunung Toba kemudian beberapa kali meletus dan yang terakhir adalah sekitar 73.000 tahun lalu,” ujar Rovicky.
Pasca-letusan Gunung Toba kemudian terbentuk kaldera atau lubang kawah. Lama kelamaan kaldera yang terbentuk menjadi luas.
“Danau Toba itu dulunya seperti lubang kawah saja, sisa lubang kawah yang akhirnya terisi air,” kata Rovicky.
Letusan Gunung Toba disebut sangat dahsyat kala itu. Saat Gunung Toba meletus, belum ada manusia modern.
Oleh karena Danau Toba merupakan kaldera dari hasil letusan gunung, maka cekungannya jadi sangat dalam. Gunung Toba kini sudah tak lagi aktif. (n70)