Jadi bisa di artikan disini bahwa rata-rata para jomblo selalu memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan pasangan. Seiring dengan pencapaian itu, mereka juga akan memperoleh keberhasilan, baik itu keberhasilan dalam karir, usaha maupun keberhasilan lainnya. Dan ini dapat dibuktikan langsung kepada orang yang masih berpredikat high class jomblo.
Tuna Asmara
Prinsip yang dipegang teguh para tuna asmara sangatlah berbanding terbalik dengan prinsip para jomblo. Biasanya tuna asmara lebih cenderung untuk tidak memiliki hasrat hidup berpasangan. Mereka tidak memanfaatkan waktu kesendirian untuk mengintropeksi diri akan kekurangan-kekurangannya mengapa sudah dalam waktu sekian lama belum juga memiliki pasangan. Karena yang mereka andalkan hanyalah prinsip ‘jodoh itu ditangan tuhan’, ini yang membuat para tuna asmara semakin terpuruk dalam kesendiriannya.
Belum lagi para penyandang predikat tuna asmara ini selalu mengandalkan gengsi, memamerkan kekayaan pribadinya, tanpa disadarinya bahwa itu adalah kesombongan yang seharusnya dihindari agar bisa mendapat ketertarikan dari lawan jenisnya.
Jika jomblo adalah orang yang mampu untuk hidup bergaul di dunia luar, tuna asmara cenderung memilih untuk tidak peduli terhadap lingkungan. Budaya cuek biasanya tertanam di jiwa mereka, hingga apapun nantinya yang akan terjadi terhadapnya baik dalam hal asmara, meraka sudah tidak merasa perduli lagi.
Itulah perbedaan latar belakang antara jomblo dengan tuna asmara. Untuk memiliki pasangan memang gampang-gampang susah, apalagi harus memilih pasangan yang pas dihati. Belum lagi nanti jika pasangan sudah pas di hati sendiri ternyata malah belum pas di hati orang tua. Itu kadang membuat kezel dan akhirnya kembali lagi ke jomblo. [bgze]