Keunikan lainnya dari bangunan ini adalah tidak menggunakan paku sama sekali. Sebagai penggantinya adalah tali rotan.
Berbentuk rumah panggung yang mempunyai kolong rumah setinggi 1 meter.
Jumlah 7 buah ini merupakan simbol penghormatan terhadap 7 gunung yang ada di sekitar Wae Rebo.
Kepercayaan warga bahwa ketujuh gunung ini akan melindungi Desa dan terbukti sampai saat ini.
Dalam satu Mbaru Niang dihuni oleh 5 atau 6 keluarga sekaligus. Ada ruangan dapur yang digunakan untuk memasak.
Anda bisa melihat banyak tungku disini, tetapi saat proses memasak tidak akan merasa sesak. Karena, asap keluar melalui celah kecil. Menurut kepercayaan asap ini mampu mengawetkan bangunan.
Upacara Adat Desa Wae Rebo yang Bisa Dinikmati
Ada hal unik lain yang bisa Anda temui disini. Perihal nenek moyang warga Desa yang ternyata berasal dari Minang, Sumatera Barat.
Namanya adalah Empo Maro yang berlayar bersama keluarganya dari Sumatera Barat menuju Labuan Bajo.
Sempat beberapa kali pindah hingga akhirnya, menetap di Wae Rebo.
Hampir sama dengan berbagai suku adat lainnya.
Penduduk Wae Rebo juga punya upacara adat yang namanya adalah Penti. Upacara ini menyambut tahun baru yang jatuh pada bulan November.
Perayaannya sangat meriah dan berjalan selama semalam suntuk. Makna dibalik Penti sendiri adalah mengucap rasa syukur.
Dalam siklus kalender Desa Wae Rebo, bulan November adalah awal masa bercocok tanam.
Sehingga, dengan upacara adat ini, warga berharap agar panen melimpah, diberi keselamatan, meminta perlindungan, serta keharmonisan untuk kehidupan masyarakat di masa depan. Upacara dimulai dengan melakukan pemberkatan.
Ada tiga tempat yang digunakan untuk prosesi pemberkatan ini yaitu sumber mata air, pintu masuk kampung, dan area belakang.
Dengan melakukan pemotongan ayam yang digunakan sebagai persembahan untuk leluhur. Dalam pemberkatan, Anda akan mendengar nyanyian dan Doa dalam bahasa Wae Rebo.
Pemberkatan akan dilanjutkan pada malam hari di setiap kamar di Mbaru Gendang.
Kemudian, dilanjutkan dengan beberapa atraksi mulai dari peperangan, tari-tarian menyanyikan lagu adat sampai pagi hari.
Dalam upacara ini orang luar Wae Rebo boleh melihat dan mengikutinya atau bahkan mengikuti salah satu atraksi.
Jalan Panjang Menuju ke Desa Wae Rebo
Secara administratif, Desa adat ini terletak di Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Tempat pertama yang harus Anda tempuh adalah Labuan Bajo. Bagi Anda yang berada di pulau Jawa. Bisa menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh paling lama 7 jam perjalanan.
Selanjutnya, Anda bisa menempuh perjalanan menuju ke Ruteng hingga Denge dengan menggunakan kendaraan pribadi atau travel.
Waktu tempuhnya mencapai 2 jam sampai 4 jam. Setelah ini, Anda harus siapkan tenaga dan kebutuhan logistik. Karena, membutuhkan waktu 3 jam sampai 5 jam dengan jarak 8 sampai 10 kilometer.
Satu tips yang wajib Anda penuhi adalah jangan datang pada waktu malam. Usahakan tiba pada sore hari.
Maksimal pukul 3 sore agar tidak mengganggu warga yang biasanya sudah mulai beristirahat pada pukul 5 sore.
Selama perjalanan ada 3 pos pemberhentian yang bisa digunakan untuk minum atau beristirahat.
Gunakan sepatu yang nyaman karena Anda akan melintas hutan, menyeberang sungai, serta melewati bibir jurang.
Setelah sampai disana, Anda harus membunyikan kentongan sebagai tanda Anda sudah tiba.
Mengunjungi Desa Adat di Nusa Tenggara ini adalah kewajiban. Anda bisa merasakan keramahan warga, tradisi yang tetap terjaga, dan keindahan alam tanpa henti.
Sudah banyak wisatawan Mancanegara datang ke tempat ini. Mereka sepakat, Desa Wae Rebo adalah warisan dunia yang harus dijaga sampai kapan pun. (*)