Hal pertama yang perlu dipahami adalah dengan mencari tahu apa saja dampak yang bakal terjadi ketika banyak negara mengalami inflasi secara serentak seperti belakangan ini terjadi.
Dengan mengetahui dampaknya, keputusan yang lebih tepat untuk merespon fenomena ekonomi ini bisa diambil.
Penjabaran Penyebab Harga Barang Naik
Penjabaran secara umum tentang apa aja kondisi ekonomi yang bakal terjadi setelah mengalami inflasi tinggi seperti sekarang ini.
Bank Sentral negara seperti The Fed di Amerika, Bank Indonesia dan yang lain umumnya mencoba meredam inflasi yang tinggi dengan cara menaikkan tingkat suku bunga.
Karena tingkat suku bunganya naik umumnya membuat pengusaha menjadi lebih berfikir lagi untuk meminjam kredit ke bank karena bunganya sedang tinggi.
Tapi disisi lain masyarakat ataupun institusi jadi lebih diuntungkan kalau menyimpan uangnya di aset berharga yang imbalannya mengikuti tingkat suku bunga yang lebih tinggi.
Konsekuensi lainnya, kenaikan suku bunga bank Amerika biasanya membuat nilai dolar menguat terhadap mata uang lain termasuk Rupiah.
Beberapa waktu lalu bisa dilihat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar sempat melemah sampai tembus di angka Rp15 ribu.
Dengan begini, yang harus dilakukan adalah memfokuskan pada hal yang bisa dikendalikan dalam menghadapi ketidakpastian inflasi tinggi dan melemahnya daya beli rupiah yang sama dan mengatur keuangan serta mengurangi pengeluaran konsumtif dan tersier.
Ketika inflasi tinggi artinya harga barang dan jasa sedang naik. Walaupun harga barang dan jasa lagi naik, pendapatan mungkin tidak ikutan naik. Jadi hal yang paling bisa dilakukan adalah dengan mengendalikan pengeluaran, menekan kebutuhan yang tak penting dan mendesak.
Masa Depan NFT, Baca Ini Sebelum Terjun ke Industri Non Fungible Token
Di sisi lain, mengingat adanya potensi kenaikan suku bunga bank Indonesia, cicilan KPR yang menggunakan sistem floating rate juga kemungkinan bakal mengalami kenaikkan mengikuti suku bunga yang baru.
Jadi, bagi siapa yang sedang berencana melakukan kredit kendaraan maupun KPR, siapkan dana lebih untuk antisipasi kenaikan cicilan. Dan jika belum memulai, usahakan mendapatkan label kredit dengan bunga fix atau tetap agar tidak terpengaruh kalau ada kenaikan suku bunga.
Tips selanjutnya, jangan simpan uang di tabungan dalam bentuk cash. Suku bunga tabungan bank itu rata-rata di bawah satu persen pertahun.
Coba bayangkan, inflasi tahunan per Juli 2022 itu tembus 4,95 persen, sementara bunga yang didapat kurang dari satu persen pertahun untuk uang yang disimpan di tabungan bank.
Artinya, secara nominal uang di tabungan bertumbuh kurang dari satu persen, tapi daya beli uang tersebut malah menurun.
Maka dari itu, dalam kondisi seperti sekarang ini lebih baik menyimpan uang di instrumen investasi yang bisa memberi imbal hasil yang return-nya tinggi atau kalau bisa lebih tinggi dari inflasi.
Atau bisa juga simpan uang di Reksadana Pasar Uang (RDPU) dan juga Reksadana Pendapatan Tetap (RDPT).
Reksadana Pasar Uang atau RDPU itu adalah produk investasi yang sebagian besar dananya dialokasikan ke aset investasi beresiko rendah yang tergolong aman, bisa itu ke surat utang jangka pendek dan juga deposito bank.
Kalau RDPU menyimpan uangnya di deposito, kenapa masyarakat tak langsung simpan uangnya di deposito bank saja? Kan sama aja dong?
Jadi begini, biasanya bank konvensional sampai BPD itu memberi rate khusus kepada investor yang setor dananya dalam jumlah besar.
Makanya walaupun RDPU itu alokasikan dananya ke deposito, tapi RDPU bisa memberi imbal hasil yang lebih tinggi, daripada langsung simpan uang.
Selain itu, dana di RDPU juga bisa dicairkan kapan saja, berbeda dengan deposito yang umumnya terikat waktu penyimpanan.
Sedangkan RDPT, adalah produk investasi yang sebagian besar dananya dialokasikan ke instrumen Surat Utang, entah itu surat utang negara atau surat utang perusahaan. (*)